Selasa, 06 Desember 2011

BETON

pengertian beton

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot, beton fiber, beton berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri dll.
Beton terdiri dari beberapa bahan dasar diantaranya, air, semen Portland, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), fungsi masing-masing komponennya adalah agregat berfungsi sebagai bahan pengisi, air dan semen yang bereaksi membentuk pasta yang lambat laun mengeras berfungsi sebagai perekat yang merekatkan agregat-agregat yang semula terpisah.
Dari masing-masing komponen pembentuknya terdapat beberapa kriteria yang harus terpenuhi agar dapat membuat beton yang baik dan memenuhi standar, air yang digunakan dalam pembuatan beton adalah air yang kualitasnya baik untuk pembuatan beton, air yang cukup baik untuk diminum, bebas dari sampah, bahan-bahan organik dan bahan-bahan kimia berbahaya. Karena kekuatan beton tergantung pada jumlah perbandingan air dan semen.
Semen adalah kombinasi dari berbagai mineral yang jika dicampurkan dengan air akan mengalami hidrasi dan dengan cepat akan mengeras biasanya antara 4-6 jam. Semen yang biasa digunakan untuk membuat beton adalah semen Portland. Semen Portland terbagi menjadi 5 jenis, semen Portland adalah semen standard yang digunakan saat ini dalam industri bangunan.
Agregat hampir merupakan material penyusun terbanyak dalam pembuatan beton prosentasenya sekitar 60 sampai 80 %. Pasir, kerikil, dan batu pecah merupakan agregat utama yang biasa digunakan.
Ada banyak kelebihan yang dimiliki beton sehingga beton banyak digunakan dalam bangunan-bangunan teknik sipil, diantaranya dari faktor ekonomi bahan-bahan yang digunakan banyak tersedia dan mudah didapatkan serta dapat menambah ketebalan bangunan sehingga mengurangi beban angin, dari segi arsitektural dan struktural beton juga sangat cocok sebagai bahan bangunan, karena beton memiliki mobilitas yang tinggi, dan disainer dapat memilih bentuk dan ukurannya. Selain itu beton juga tahan terhadap api hingga 1 sampai 3 jam. Beton juga memiliki kekakuan yang besar sehingga tahan terhadap beban angin, serta getaran lantai. Selain itu beton juga perawatannya mudah.
Tetapi disamping itu beton juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya, kekuatan volume per unti yang relatif rendah, kuat tarik yang rendah dan lain sebagainya.
Ada berbagi jenis beton yang telah digunakan dan dikembangkan hingga saat ini, pembagian beton berdasarkan kuat tekannya di bagi menjadi 5 yaitu,
1) Beton sederhana
2) Beton normal
3) Beton prategang
4) Beton kuat tekan tinggi
5) Beton dengan kuat tekan sangat tinggi

Tetapi selain jenis-jenis beton diatas ada juga beberapa jenis beton spesial, Beton spesial yang dimaksud adalah jenis beton selain beton normal seperti yang umum dijumpai sehari-hari yang biasanya terbuat dari campuran semen Portland dan agregat alami dan dibuat secara konvensional.
Beton spesial mempresentasikan kemajuan teknologi beton yang dikembangkan untuk menanggulangi kekurangan yang dimiliki beton normal.
Beberapa jenis beton yang bisa dikategorikan sebagai beton spesial diantaranya adalah :
1. Beton Ringan (Lightweight Concrete)
Dibuat dengan menggunakan agregat ringan atau dikombinasikan dengan agregat normal sedemikian rupa sehingga dihasilkan beton dengan berat isi yang lebih kecil (lebih ringan) daripada beton normal. Berat isi beton ringan mencapai 2/3 dari beton normal. Tujuan penggunaan beton ringan adalah untuk mengurangi berat sendiri dari struktur sehingga komponen struktur pendukungnya seperti pondasinya akan menjadi lebih hemat.
2. Beton mutu tinggi (High Strength Concrete)
Beton dengan kuat tekan yang lebih besar dari 40 MPa sudah bias dikategorikan sebagai beton mutu tinggi.
Beton ini dikembangkan untuk membuat struktur yang menuntut tingkat kepentingan yang tinggi misalnya bangunan2 dengan tingkat keamanan tinggi seperti jembatan, gedung tinggi, reaktor nuklir dan lain-lain.

3. Beton dengan workabilitas tinggi (High Workability Concrete)
Umumnya tingkat kesulitan dalam pengerjaan beton dikaitkan dengan tingkat keenceran campurannya atau kemampuannya mengalir (flowing consistency), semakin encer beton akan semakin mudah dikerjakan.
Tetapi jangan salah, encer yang dimaksud bukan semata encer karena diberi banyak air, justru dengan kebanyakan air mutu beton akan semakin rendah karena material penyusunya bisa terpisah-pisah (segregated).
Yang dimaksud disini adalah beton yang mudah mengalir tetapi tetap memiliki mutu yang baik seperti beton normal atau mutu tinggi.
4. Beton Serat (Fiber Reinforced Concrete)
Adalah beton yang materialnya ditambah dengan komponen serat yang bisa berupa serat baja, plastik, glass ataupun serabut dari bahan alami.
Walaupun serat dalam campuran tidak terlalu banyak meningkatkan kekuatan beton terhadap gaya tarik, perilaku struktur beton tetap semakin baik misalnya meningkatkan regangan yang dicapai sebelum runtuh, meningkatkan ketahanan beton terhadap benturan dan menambah kerasnya beton.
5. Beton dengan Polimer (Polymers Concrete)
Dengan pemberian polimer sebagai bahan perekat tambahan pada campuran beton, akan dihasilkan beton dengan kuat tekan yang lebih tinggi dan dalam waktu yang lebih singkat. Bahan yang ditambahkan bisa berupa latex maupun emulsi dari bahan lain.
Jenis ini cocok digunakan pada pekerjaan-pekerjaan pembetonan dalam keadaan darurat seperti terowongan, tambang dan pekerjaan lain yang membutuhkan kekuatan beton dalam waktu singkat bahkan dalam hitungan jam.
Disamping itu, jenis beton polimer bisa dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap bahan kimia tertentu.
Metode panambahan polimer selain pada campuran beton, bisa juga dilakukan pada saat beton sudah kering dengan tujuan untuk menutup pori-pori beton dan retak kecil (microcrac) karena pengeringan sehingga didapatkan beton yang kedap air (inpermiable) sehingga keawetan beton bisa meningkat.
6. Beton Berat (Heavyweight Concrete)
Kebalikan dari beton ringan adalah beton berat, dimana beton jenis ini memiliki berat isi yang lebih tinggi dari beton normal (2400 kg/m3) yaitu sekitar 3300 kg/m3 sampai 3800 kg/m3 . Beton berat biasanya digunakan pada bangunan-bangunan seperti untuk perlindungan biologi, instalasi nuklir, unit kesehatan dan bagunan fasilitas pengujian dan penelitian atom.
Beton berat dibuat dengan menggunakan agregat berat seperti bijih besi maupun bahan alami yang berat.
7. Beton Besar (Mass Concrete)
Merupakan beton pada struktur masif dengan dengan volume yang sangat besar seperti pada bendungan, pintu air maupun balok dan pilar besar dan masif.
Beton berat dibuat dengan perlakuan yang berbeda dengan beton normal mengingat timbulnya panas yang berlebihan pada campuran beton dan terjadinya perubahan volume yang juga menjadi sangat besar.
Perlakuan untuk penanganan beton berat bisa dilakukan dengan mengubah komposisi campuran seperti pengurangan semen, penambahan bahan aditif pembentuk gelembung udara dan penggunaan agregat yang memiliki kepadatan tinggi.
8. Beton Dengan Pemadatan Roller (Roller Compacted Concrete)
Pada pekerjaan-pekerjaan besar dan khusus seperti jalan berbahan beton dan bendungan, pemadatan beton harus dilakukan dengan menggunakan roller vibrator .
Untuk pemadatan dengan roller, campuran beton harus cukup kering agar roller tidak teggelam tatapi tetap harus memiliki sifat basah agar distribusi bahan perekat (semen) ke seluruh permukaan agregat menjadi merata.
Sejarah perkembangan beton pada masa lampau juga tak kalah pentingnya untuk dibahas, beton pada zaman dahulu sudah digunakan hanya saja material pembentuk serta kekuatannya belum seperti sekarang, pada 2500 SM bangsa Mesir sudah menggunakan mortar untuk membangun pyramid, lalu pada 300 SM bangsa Romawi telah menggunakan Beton yang berdasarkan mortar pada segala jenis bangunan, kata semen (cement) dan beton (concrete) berasal dari bahasa romawi, yaitu “caementum” yang berarti butiran batu dan “concretus” yang berarti tumbuh bersama-sama.
Dan masih banyak lagi contoh-contoh bangunan masa lampau lainnya yang telah menggunakan teknologi beton diantaranya colloseum, tembok besar China, hingga saat ini beton masih terus dikembangkan dan digunakan pada bangunan-bangunan teknik sipil.

PEMBESIAN

PEMBESIAN
Pembesian
Pekerjaan Pembesian
BAHAN-BAHAN/ PRODUK
2.1. Bahan-bahan
A. Tulangan
Sediakan tulangan berulir mutu U-39, sesuai dengan SII 0136-84 dantulangan polos mutu U-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakanpada gambar-gambar struktur. Tulangan dengan diameter < 10 mm harusbaja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2
B. Tulangan Anyaman (Wire mesh) Sediakan tulangan anyaman, mutu U-50,
mengikuti SII 0784-83.
C. Penunjang/ dudukan tulangan (Bar support) Dudukan tulangan haruslah tahu
beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat yang ditanamkan, atau
individual high chairs.
D.Bolster n,c hairs,spac ers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk
mengatur jarak.
1Pakailah besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI (Concrete
Reinforcing Steel Institute), kecuali diperlihatkan lain pada gambar.
2Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak
direkomendasi.
3Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau“horizontal runners” dimana bahan dasar tidak akan langsungmenunjang batang kursi (chair legs) atau pakai lantai kerja yang rata.
4Untuk betoneks pos ed, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan “hot-dip-
galvanized” atau penunjang yang dilindungi plastik.
E. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak.
2.2. Jaminan Mutu
A.Kecuali pada kondisi tertentu, bahan-bahan baja tulangan tersebut harus
dari produk yang sama.
B.Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) untuk semua
tulangan yang dipakai harus diperlihatkan.

2.3.Persiapan Pekerjaan / Perakitan Tulangan
A.Pembengkokkan dan pembentukan. Pemasangan dan pembengkokkantulangan harus sedemikan rupa sehingga posisi dari tulangan sesuaidengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempatselama pengecoran berlangsung.
B.Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.
C. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan PBI 1971 atau A.C.I.315.
2.4.Pengiriman, penyimpanan dan penanganannya
A.Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai denganetiket / label yang mncantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.
B. Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk menghindarai kerusakan.Gudang harus kering, bagus saluran-salurannya, dan terlindung darilumpur, kotoran, karat dsb.
PELAKSANAAN
3.1. Persiapan
Pembersihan
Sebelum pengecoran beton, tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulitgiling (mill steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangidaya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau padasambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
B. Pemilihan/ seleksi tulangan yang tidak memenuhi syaratharus ditolak dari
lapangan
3.2. Pemasangan Tulangan
A. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI-71 koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakauntuk menghindari keterlabatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada
lubang-lubang (openings)/ bukaan.
B. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
1Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang padaposisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakanspace rs/penjaga jarak.
2Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untukmemperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton denganpenjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat(seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit samadengan mutu beton yang akan dicor.
4.Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutupbeton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yangterbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu betonyang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blokpersegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4
buah setiap m
2
cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini
harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harusditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atauditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blokbeton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadapketepatanletak dari tulangan balok yang berbatasan.
C. Toleransi pada pemasangan tulangan.
1Terhadap selimut beton (selimut beton) : + 50 mm2Jarak terkecil pemisah antara batangan : + 25 mm3Tulangan atas pada pelat dan balok :
-balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : + 25 mm
-balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : + 50
mm.
-Balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : + 100 mm
-Panjang batang: + 50 mm
4.Toleransi pada pemasangan ; lainnya sesuai PBI’71
D. Pembengkokan Tulangan, sesuai dengan PBI’71
1Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara
yang merusak tulangan itu seperti misalnya dipanaskan.
2Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskankembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokansebelumnya.
3Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak bolehdibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan didalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos
atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi
tidak boleh mencapai suhu lebih dari 8500
C.
6Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan
dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan diatas 1000
Cyang bukan pada waktu dilas, maka dalam perhitungan-perhitungansebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidakmengalami pengerjaan dingin.
7Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila diijinkan oleh perencana.
8Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
9Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalamjarak 8 kali diameter (diameterpengenal) batang dari setiap bagianbengkokan.

. Toleransi pada potongan dan pembengkokan tulangan
1.Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai denganyangditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransiyang disyaratkan oleh Perencana. Apabila tidak ditetapkan olehPerencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkantoleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2.Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran danterhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkokditetapkan toleransi sebesar + 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkandalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang diserahkanmenurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25 mm.
3.Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkantoleransi sebesar + 10 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar +25 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
4.Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar + 6 mm.
F. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.
1.Baja tulangan mutu U – 24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran
= 40kali diameter dengan kait
Panjang penyaluran
= 40 kali diameter dengan kait.
2.Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran
= 40 kali diameter tanpa kait
Panjang penyaluran
= 40 kali diameter tanpa kait.
3.Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi teganganterbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat betonharus diadakan ditengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan.Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan

GAMBAR BANGUNAN

MEMBUAT GAMBAR RENCANA

A. Menggambar Proyeksi Bangunan
Uraian pada bagian ini merupakan uraian umum mengenai gambar proyeksi bangunan. Gambar proyeksi yang diuraikan adalah gambar proyeksi perspektif. Untuk dasar-dasar dari menggambar proyeksi dapat dilihat dan dipelajari dalam buku-buku dasar menggambar teknik bangunan.
Menggambar proyeksi perspektif adalah salah satu cara pengungkapan ide/gagasan atau imajinasi yang sangat natural (dalam arti sesuai dengan kemampuan pandangan mata) dan mudah dimengerti oleh pemberi tugas atau orang lain yang bukan ahli bangunan/arsitek. Hal tersebut disebabkan, gambar proyeksi perspektif memperlihatkan rencana ruang-ruang (space) dan massa bangunan dalam bentuk tiga dimensi. Untuk dapat membuat gambar proyeksi perspektif diperlukan pedoman gambar kerja/bestek berupa; gambar denah, potongan melintang, potongan memanjang, tampak depan, samping kiri, dan kanan dengan skala yang benar. Dengan kemampuan dan kemahiran menerapkan skala pada gambar denah, potongan, dan tampak secara proyeksi perspektif, akan diperoleh gambar proyeksi perspektif yang mendekati realita/kenyataan pandangan terhadap rencana bangunan sebenarnya.
Pembuatan gambar proyeksi perspektif terdiri dari dua sudut pandang, yaitu;
1. Gambar proyeksi perspektif menggunakan dua titik lenyap setinggi mata orang (ibarat orang memotret dengan berdiri tegak). Gambar proyeksi perspektif model ini sering digunakan para arsitek untuk menggambar proyeksi perspektif, karena obyek bangunannya tidak terlalu besar dan menampakkan bentuk bangunan 3 (tiga) dimensi dengan jelas,
2. Pengambilan gambar perspektif menggunakan dua titik lenyap dengan mata burung (bird eye). Gambar proyeksi perspektif dengan model ini dilakukan bila obyek bangunannya besar sekali, dan bentuk bangunan akan tampak semuanya, tetapi prosentasenya lebih banyak terlihat bagian atap bangunan (ibarat orang memotret dengan memanjat pohon yang tinggi atau naik di atas menara). Model proyeksi perspektif ini
jarang digunakan para arsitek karena tidak dapat menampakkan gambar bangunan dengan jelas.

B. Menggambar Sketsa
Gambar sketsa adalah pembuatan gambar tanpa melalui alat bantu menggambar yang biasa digunakan, yaitu penggaris. Alat bantu yang digunakan dalam gambar sketsa adalah imajinasi dan penalaran pandangan mata. Gambar sketsa sering digunakan oleh para arsitek dalam merencanakan bangunan. Yang sering digunakan adalah sketsa untuk merencanakan interior dan eksterior bangunan.
Gambar sketsa juga sering digunakan untuk menggambar proyeksi perspektif. Gambar tersebut dihasilkan tanpa melalui bantuan gambar denah, potongan, dan tampak. Dasar yang digunakan dalam menggambar sketsa proyeksip perspektif, baik interior maupun eksterior adalah imajinasi dan penalaran pandangan mata yang cekatan dan kuat dalam alam pikiran seseorang. Gagasan tentang rancangan bentuk rumah/bangunan sudah tergambar secara menyeluruh dalam imajinasi dan penalaran. Bila hasil sketsa tersebut akan diterapkan dalam pembuatan bangunan, maka dari gambar sketsa yang dihasilkan tersebut baru dibuat gambar rencana secara lengkap yang meliputi denah, potongan, dan tampak.

C. Membuat Gambar Kerja dan Daftar Komponen
Gambar kerja merupakan dasar bagi pelaksana untuk melakukan pekerjaan bangunan di lapangan. Gambar kerja didasarkan dari gambar konstruksi yang memuat detail-detail dari setiap komponen pekerjaan bangunan. Beberapa komponen yang gambar kerja adalah;

1. Gambar pondasi,
2. Gambar penulangan beton (sloof, kolom, dan ring balok),
3. Gambar dinding dan plesteran,
4. Gambar kusen (pintu dan jendela) beserta daunnya,
5. Gambar kuda-kuda dan atap,
6. Gambar plafon,
7. Gambar Instalasi air dan plumbing, dan
8. Gambar instalasi listrik.

Untuk memahmi lebih lanjut tentang gambar kerja, maka disarankan untuk mempelajarinya pada buku-buku menggambar konstruksi bangunan gedung

D. Membaca Gambar Konstruksi
Gambar konstruksi untuk merencanakan dan membuat suatu bangunan terdiri atas; gambar denah, gambar potongan, dan gambar tampak.
1. Gambar Denah
Denah merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu gambar konstruksi. Denah berasal dari kata latin "planum" yang berarti "dasar". Lebih jauh diartikan sebagai lantai atau tempat dimana kita berpijak. Gambar denah sebenarnya adalah gambar potongan suatu bangunan dalam bidang datar dengan ketinggian antara ±80-100 cm di atas lantai normal (lantai yang mempunyai ketinggian dari titikduga ±0.00).
Tujuan pembuatan gambar denah adalah untuk menjelaskan ruang-ruang tiga dimensional yang direncanakan, baik dari segi hubungan maupun fungsinya. Oleh sebab itu, pada gambar denah memuat batas-batas ruang, arah dari membukanya pintu/jendela, notasi-notasi ketinggian lantai. Gambar denah tersebut informatif bila saat dilihat/dibaca dapat dirasakan dimensi dan keleluasaan ruang serta dapat mengenal fungsin ruang.

2. Gambar Potongan
Gambar potongan adalah gambar bangunan yang diproyeksikan pada bidang vertikal dan posisinya diambil pada tempat-tempat tertentu, terutama adalah duga lantai yang negatip (turun). Gambar potongan menunjukkan semua bahan-bahan, baik eksterior maupun interior yang akan digunakan dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang merupakan kunci dari sistem bangunan tersebut, seperti bagian-bagian mekanikal, plumbing dan sebagainya. Fungsi gambar potongan adalah menunjukkan proporsi ruang interior dan penyelesaiannya.

3. Gambar Tampak
Gambar proyeksi orthogonal, sehingga secara grafis terlihat sebagai gambar dua dimensi yang datar. Gambar tampak terdiri atas 4 (empat) sisi pandang, yaitu tampak muka, samping kiri, samping kanan, dan belakang.
Gambar tampak hams memperlihatkan;
a. Karakter dari bangunan itu sendiri.
b. Proporsi dan skala terhadap manusia (pemakainya).
Gambar 1-9, Gambar Tampak Muka
Gambar 1-10, Gambar Tampak Samping Kiri
Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana
c Segi-segi lain yang menyangkut perihal ekspresi keindahan serta hubungannya dengan gambar denah dan gambar potongan yang memperlihatkan konstruksinya.

4. Gambar Rencana
Gambar denah, potongan, dan tampak biasanya disatukan dalam satu kertas gambar sebagai satu kesatuan dari gambar rencana bangunan. Hal tersebut merupakan merupakan dasar dari pelaksanaan pekerjaan bangunan. Selain itu, keberadaan gambar-gambar tersebut diperlukan dalam mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (1MB).

KAYU

Pengenalan alat-alat pengerjaan kayu
1. GERGAJI
Didalam pekerjaan-pekerjaan menukang kayu, gergaji termasuk salah satu perkakas yang sangat penting sebagai alat potong dan belah untuk membagi-bagi kayu dalam beberapa bentuk potongan yang dikehendaki. Juga sering sekali dipergunakan orang mulai sejak penebangan pohon sampai dijadikan bahan kayu ramuan, bahkan sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya. Gergaji terbuat dari sebilah baja tipis, yang salah satu tepinya dibuat bergigi tajam dan diberi tangkai pemegang dari kayu. Ditinjau dari penggunaannya, gergaji dibuat dalam dua bentuk yaitu gergaji pemotong dan gergaji pembelah. Dalam gambar 1-1 dan 1-2 diperlihatkan dua bentuk dasar dari gigi-gigi gergaji itu.
1.1. Gergaji Tangan
Daun gergaji tangan dibuat dari semacam baja yang berkwalitas baik, dan cukup kaku mengingat gerak dorong dalam menggergaji, dan disamping itu mempunyai daya pegas agar tidak dapat menjadi bengkok. Selain berkwalitas baik dan mempunyai daya pegas, daunnya tidak boleh terlalu tebal (gambar 1.3). Panjang gergaji tangan yang terdapat dalam perdagangan adalah dari 10″ sampai 30″ atau 25 cm » sampai 75 cm. Untuk mengetahui kwalitas yang baik dari daun gergaji tangan, harus dipergunakan bunyi nyaring yang terjadi, jika dipukul dengan sepotong besi sambil dipegang tangkai pemegangnya. Dan untuk mencoba gaya pegas dari daunnya bisa dipegang kedua ujung daunnya Ialu dilengkungkan sampai kira—kira 90° sesudah itu dilepaskan, daun gergaji harus kembali tetap dalam keadaan semula. Selain itu daunnya harus rata dan gigi-giginya harus rapih dan Iurus.
Ada dua macam gergaji tangan:
a. Gergaji tangan pemotong.
b. Gergaji tangan pembelah.

Gergaji tangan pemotong dipergunakan untuk memotong kayu, dengan arah menggergaji adalah tegak Iurus terhadap arah urat kayu, sedangkan posisi gergaji berbentuk sudut 45° terhadap permukaan kayu (gambar 1.4). Sedangkan gergaji pembelah dipergunakan pembelah kayu dan arah menggergaji searah dengan arah urat kayu. Sedangkan posisi gergaji berbentuk sudut 60° terhadap permukaan kayu (gambar 1.5).
Dilihat dari kegunaan gergaji tangan ini maka bentuk giginya pun berlainan pula. Untuk gergaji pemotong geriginya dikikir miring, karena untuk memotong (mengarat) urat-urat kayu, dan miringnya dikikir kira-kira 60° sampai 80° terhadap daun gergaji (gambar 1,6). Dan untuk gergaji tangan pembelah, giginya dikikir tegak, jadi dikikir 90° terhadap daun gergaji (gambar 1.7). Kikir yang dipergunakan untuk mengikir gergaji tangan ialah kikir halus yang berbentuk segi tiga sama sisi.
Untuk mencegah daun gergaji terjepit pada waktu dipakai, maka ujung gerigi itu, baik untuk gergaji pemotong maupun gergaji pembelah, selang satu gig dibengkokkan ke kiri dan ka kanan. Pembengkokan ujung geriginya kira-kira 1/3 dari tinggi gerigi. (gambar 1.8). Lebar pembengkokannya juga harus sama besar ke kiri dan ke kanan. Untuk kayu basah lebar bengkokannya sama dengan 2 x tebal daun gergaji. Dan untuk kayu kering lebar bengkokannya sama dengan 1x tebal daun gergaji.
Alat untuk membengkokkan gerigi gergaji dipakai sebuah gegep bengkok (zattang) atau alat khusus yang terbuat dari plat baja. Untuk menentukan kasar dan halusnya gigi gergaji dapat dilihat dari nomor gergaji yang terdapat pada tumit daun gergaji. Yang maksudnya nomor tersebut menunjukkan jumlah gigi dalam 1″ (inci).
Contoh: Gatgaji no. 8 manunjukkan banyaknya
gigi dalam 1″ tardapat 8 gigi. (gambar 1.8A).

1.2. Gergaji Punggung.

Gergaji gunggung terbuat dan baja yang sangat tipis, dan pada bagian atasnya atau punggungnya diberi tulang. Tulang ini berguna supaya daun gergaji cukup kaku. Ukuran panjang daun gergaji dibuat dari 10″ sampai 20″. Ukuran panjang yang satu `dengan yang lainnya berturut-turut barbeda-beda (misalnya 10″ -12″ – 14″ dan seterusnya).
Gigi-gigi gergaji punggung sangat halus sekali sehingga mempunyai gigi 12 sampai 14 tiap inci. (gambar 1.14). Gergaji punggung sering sekali digunakan pada pekerjaan kayu yang kecil-keciI dan yang halus-halus, misalnya pada pembuatan poros, membuat sarongan 45°, membuat sambungan ekor burung dan Iain sebagainya, terutama pada pekerjaan-pekerjaan meubel (gambar 1.16).

1.3. Gergaji Tarik Dan Bentang

Di dalam praktek kerja kayu gergaji tarik dan bentang adalah alat untuk mamotong dan membelah kayu, terutama mengiris kayu dolok dan balok besar manjadi balok-balok atau papan-papan dalam ukuran yang dikehendaki.
Gergaji semacam ini terdiri dari sebilah daun gergaji dari baja (blade), yang satu bagian sisinya bergigi tajam, gigi-gigi gergaji tersebut ada dua macam yaitu gigi pemotong dan gigi pembelah (gambar 1.20). Gergaji tarik digunakan pada penebangan pohon, memotong batang kayu yang besar-besar, dan pemotongan dolok-dolok dan balok yang besar.
Sedangkan gergaji bentang banyak digunakan untuk membalah dolok-dolok atau balok kayu yang besar-besar, dan pekerjaan mengiris kayu yang Iebar-lebar untuk papan.

1.4.Gergaji Bentang Ukuran Kecil

Selain daripada gergaji bentang yang telah diutarakan terdahulu, terdapat pula gergaji bentang dalam ukuran kecil yang biasa digunakan untuk membelah dan memotong kayu dalam ukuran yang kecil-kecil pula, pelaksanaan pengerjaan hanya dilakukan oleh satu orang. (gambar1.23).
Adapun gunanya selain untuk memotong dan
membelah/mengiris kayu dalam ukuran yang kecil-kecil dapat pula digunakan pada pekerjaan-pakerjaan membuat sambungan purus daun pintu/jendela serta pada pekerjaan Iainnya, seperti memotong dada-dada cowakan dalam posisi tegak dan miring, selain untuk kayu dapat pula dipakai mamotong bambu juga. Untuk pekerjaan halus pada pembuatan perabot rumah tangga dari kayu.

1.5. Gergaji Gerek

Gergaji gerek pada umumnya digunakan untuk menggarek kayu yang berbentuk sisi Iengkung dan cekung .atau dalam bentuk Iingkaran, baik Iingkaran Iuar maupun dalam, tidak terbatas tipis dan tebalnya kayu yang dikerjakan, maupun jenis kayu papan atau jenis multiplex / triplex.
Punggung daun gergaji garek labih tipis daripada gigi-giginya dalam bentuk tirus ke arah tebalnya. Bentuk gigi dikikir serong berganti-ganti dalam keadaan bolak-balik. (gambar 1.24).
Adapun gunanya ialah untuk menggergaji sisi tebal kayu yang cekung, seperti pada pekerjaan membuat kaki kursi / meja antik dan macam-macam pekerjaan Iainnya. Dapat pula digunakan dalam pekerjaan memotong garis Iubang bulat dangan garis tengah ukuran besar, seperti pada pekerjaan membuat Iubang peti pengeras suara dan macam-macam pekerjaan Iainnya.

2. KETAM

Ketam ialah sebuah perkakas / alat untuk menghaluskan serta meratakan permukaan kayu. Ketam terdiri dari rumah ketam dan mata ketam. Rumah ketam ada yang dibuat dari kayu dan ada juga dari besi tuang. (gambar 1-29a dan 1-29b). Untuk rumah ketam dari kayu biasanya dipakai kayu berat, misalnya kayu sawo, kayu pasang. Lubang mata ketam bersudut 45°, terhadap bidang dasar rumah ketam dan Iebarnya disesuaikan Iebar mata ketam.
Untuk mengkokohkan mata ketam dengan rumah ketam digunakan baji. Supaya ketam dapat diatur maka pada mata ketam digagang Iidah, yang berguna pula untuk mematahkan sisa tatal.
Ketam yang sederhana terdiri dari rangka kayu, bagian mata ketamnya dibuat dari baja yang Iunak dan sisi tajamnya (cuttingedga) dari baja keras. Pada rangka ini dibuat Iubang bersudut 45° terhadap telapak rangkanya, lebar Iubang disesuaikan dengan mata ketam yang dipergunakan.
Karena ketam itu adalah alat untuk menyayat serat kayu, maka harus berat, apalagi kalau menyayat yang berlawanan dengan serat kayu, sehingga mata ketam akan menyayat lebih dalam Iagi. Untuk itu maka pada mata ketam dipasanglah Iidah (pematah sayatan) yang gunanya untuk mematahkan sisa pangetaman (tatal). Dengan dipasang Iidah pematah tatal maka tebal hasil ketaman dapat diatur.

Untuk mengokohkan rnata ketam dengan rangka (rumah ketam) dipasang baji.
Ukuran ketam ditentukan oleh lebarnya mata ketam yaitu dari ukuran 1″ sampai 2″. Mata ketam itu mempunyai sudut penajaman di antara 25° sampai 30° (gambar 1.32) atau kira-kira 2 X tebal mata ketam.
Adapun macam-macam ketam yang sering digunakan ialah:
1. Ketam pendek kasar (jack plane).
2. Ketam pendek halus (smooth plane).
3. Ketam panjanrg (jointer plane).
4. Ketam sponing (rabbet plane).
5. Ketam tongkat (spoke shave).

2.1. Ketam Pendek Kasar (Jack Plane)

Sesuai dengan namanya ketam ini gunanya untuk menghilangkan permukaan kayu yang kasar bekas penggergajian atau bekas pemotongan. Jadi hanya meratakan permukaan kayu yang bergelombang-gelombang tinggi saja.
Bentuk yang sederhana dari rangka (rumah) ketam inii terbuat dari kayu. Di Indonesia biasanya terbuat dari kayu sawo, pasang dan sebangsanya yang mengandung minyak (gambar 1.29).
Ukuran ketam ini panjang 20 cm, tinggi 6 cm dan Iebarnya tergantung dari Iebar mata ketam ditambah 1 cm. Bentuk rumah ketam ini ada bermacam-macam seperti bentuk ketam tanduk, bentuk ketam cina yang pada rangkanya diberi kayu melintang dan ada juga yang terbuat dari besi tuang (gambar 1.30).
Untuk ketam yang rumah ketamnya terbuat dari besi tuang selain harganya mahal, pada permukaan kayu hasil pengetaman terdapat goresan-goresan bekas sisi rumah ketam, terutama pada kayu lunak.
Lebar mata ketamnya biasanya berukuran dari 1″ sampai dengan 2″. Sudut penajaman antara 25° sampai dengan 30°, atau miring penajaman sama dengan 2 X tebal mata ketam (gambar 1.31.). Bagian sisi tajamnya (cutting edge) untuk ketam ini diasah agak bundar seluruh Iebarnya.

2.2. Ketam Pendek Halus

Ketam pendek halus ukuran dan bentuknya hampir sama dengan ketam pendek kasar. (gambar 1.32). Gunanya untuk menghaluskan permukaan kayu yang sudah diketam terlebih dahulu oleh ketam pendek kasar. Hasil pengetaman dengan ketam ini sangat halus, rata dan Iicin. Sudut penajamannya sama dengan ketam pendek kasar, hanya ada sedikit perbedaan, di kedua ujung sisi tajamnya (cutting edge) dibuat Iengkung sedang bagian tengahnya rata dan tegak lurus terhadap sisi ketam.

2.3. Ketam Panjang

Ketam panjang gunanya untuk mengetam kayu yang panjang-panjang supaya parmukaan kayu itu menjadi Iurus dan rata. Bentuk dari ketam panjang hampir sama seperti bentuk ketam pendek yaitu terdiri dari sebuah rumah ketam dari kayu yang dipasangi sebuah mata ketam dalam bentuk sudut 45°, mata ketamnya lebih Iebar daripada mata ketam pendek (gambar 1.44).
Keterangan gambar 1.44
1. Rumah-rumah ketam.
2. Dop (tombol) untuk mengatur mata ketam.
3. Lubang di mana mata ketam dipasang.
4. Baji dari kayu.
5. Mata ketam.
6. Pegangan ketam.
Sesuai dengan kegunaan ketam panjang, maka rumah ketamnya pun harus panjang kurang Iebih 60 cm. Pada bagian muka atas dari rumah ketam dipasang paku baja yang barkapala basar, biasanya dipakai paku kaling.
Paku tombol dipukul dangan palu untuk menaikkan atau membuka mata ketam. Sedangkan di atas bagian belakang mata ketam dipasang pegangan. Pada gambar 1.45 diperlihatkan cara pengetaman kayu tipis yang Iebih Iebar dari ketamnya, dimana keempat jari tangan kiri diletakkan di sisi kanan ketam, dan ibu jari di sebelah kirinya. Jika menarik kembali, ini tidak dilakukan dengan mengangkat bagian belakangnya sedikit seperti yang dilakukan pada ketam pendek, akan tetapi dimiringkan sedikit keluar. Maka dari itu sebaiknya pegangannya tidak dipasang tepat di tengah-tengah rumah ketam. Jika mengetam lurus pada pinggir papan, ibu jari kiri ditempatkan di bagian atas, dan ujung keempat jari yang Iain di bagian bawah kiri dari katam (gambar 1.46).

2.4. Ketam Seponing

Terdapat dalam dua macam bentuk ketam seponing yaitu:
1. Ketam seponing tetap.
Ketam seponing tetap, besarnya tidak dapat berubah. Rumah ketam seponing macam ini mempunyai berbagai ukuran besarnya, sesuai dengan mata ketamnya. Ketam ini hanya dapat dipergunakan membuat seponing pada sisi sudut yang searah dengan arah urat • kayu. (gambar 1.57).
2. Ketamseponing dapat diatur.
Ketam seponing ini dapat diatur Iebar dan dalamnya seponing yang dikehendaki yaitu dengan jalan menyetel pengatur dalam dan Iebarnya. (gambar 1.58). Ketam seponing dapat diatur mampunyai pisau muka dekat mata ketamnya, sehingga selain dapat digunakan untuk membuat seponing pada sisi sudut yang searah dengan arah urat kayu dapat pula ketam seponing ini dipergunakan untuk membuat seponing pada sisi sudut yang melintang dengan arah urat kayu di mana pisau muka kerjanya memotong / menyayat urat-urat kayu,

Ukuran Iebar mata ketam hampir sama dangan mata ketam biasa. Pada waktu mengeluarkan pisau ketam seponing tersebut dar) rumah katam dengan memukul baji penguat / peneguh mata ketam dengan palu besi kecil. Agar kaitan dekat kepala baji tidak belah maka harus dipukul oleh bagian badan dari palu.

2.5. Ketam Pinggir

Katam pinggir sebaliknya dari ketam saponing. Ketam pinggir tidak mempunyai pengatur ukuran, dan termasuk golongan ketam Iepas. Mata ketamnya tegak Iurus terhadap sisi rumah ketam. Untuk mengasah ketam ini harus tegak Iurus. Pengokoh kadudukan mata ketam adalah baji. Bagian bawah baji agak miring, untuk mengikis pengetaman ke kanan atau ke kiri, terutama untuk mengetam bidang yang tidak selebar mata ketamnya. Pada kedua samping ketam pinggir terdapat cowakan tembus, guna mengeluarkan sisa pengetam-an. Bagian bawah baji agak jauh Ietaknya dari mata ketam. Ujung mata ketam harus diletakkan sesuai dengan rumah ketam agar tidak menggetar waktu dipakai. (gambar 1.60).
Pemukul baji tidak usah keras-karas, untuk menjaga pecahnya rumah ketam bagian dekat cowakan.
Mata ketam yang baru dipasang kembali pada rumah ketam harus hati-hati meletakkan bajinya agar kedudukan mata katam tetap teguh dan tepat. Mengatur kedudukan mata ketam yaitu dengan memukul sisi rumah ketam yang berlawanan dan mata ketam yang menonjol dari kedua sisi rumah ketam 0,5 mm.
Ketam pinggir digunakan sebagai alat untuk, membersihkan / menghaluskan hasil pengetaman seponing yang masih kasar / kurang sempurna. (gambar 1.61a / 1.61b).

2.6. Ketam Cekung Dan Cembung

Ketam cekung dan cembung termasuk dalam golongan ketam Iepas bersifat tetap dan tidak mempunyai pengatur. Sepasang ketam macam ini terdiri dari berbagai ukuran. Lebarnya muiai dari 1/8″ sampai dengan 11/4″. Dipakai mengetam dengan bebas tidak bertangkai (gambar 1.64). Mata ketam bundar penajamnya dibuat Iebih bundar dari telapaknya, agar mencegah sudut ketam menyayat kayu. Sama pula halnya dengan ketam cekung penajamnya tidak begitu Iengkung. Rumah ketam macam ini diberi cowakan pada salah satu sisinya guna mengeluarkan sisa pengetaman.
Ketam cekung digunakan untuk mengetam sisi sudut dan bidang permukaan menjadi bundar atau cembung kebalikan dari mata ketamnya. Ketam cembung digunakan untuk mengetam sisi sudut dan bidang permukaan kayu menjadi cekung. Ketam cekung dan cembung ini sangat tepat untuk pekerjaan membuat alur-alur yang terdapat pada ambang air dan alur engsel pada kusen pintu dan jendala, juga pada pekerjaan-pekerjaan yang harus diberi alur atau dipinggul (gambar 1.65).

2.7. Ketam Alur / Bajak

Terdapat dua macam ketam ini, yaitu
1. Ketam alur / bajak tetap.
2. Ketam alur / bajak dapat diatur.
Ketam alur / bajak tetap tidak mempunyai pengatur Iebar. Sedangkan ketam alur / bajak dapat diatur, mempunyai pengatur Iebar dalamnya pengetaman (gambar 1.66).

Untuk mengatur ukuran Iebarnya yaitu dengan jalan memindahkan mur sepanjang tongkat berulir. Kedua tongkat itu harus distel hingga mencapai ukuran Iebar alur yang dikehendaki. Ada juga pengatur dengan sekrup dan mur kupu-kupu yang dijepitkan pada bidang ketamnya. Pengatur dalam alur terdiri dari dua sekrup yang dipasang tegak Iurus dan pada bagian atasnya terdapat cincin pemutar sekrup.
Telapaknya terdiri dari sehelai daun baja terbagi dalam dua bagian yang dipasang di samping rumah ketam. Bagian belakang mata ketam tidak dibuat selebar bagian mukanya, guna menghindarkan terjepitnya
alur yang diketam. Kedua ujung sisi mata ketam sedikit dibundarkan agar pengetaman tidak menyerut pinggiran.
Ukuran Iebar mata ketam mulai dari 4 sampai dengan 12 mm masing-masing dipasang pada satu rumah ketam saja, tidak seperti ketam pinggir.
Baji dibuat dalam bentuksedemikian rupa sehingga sisa pengetaman akan keluar berlawanan arah dari posisi yang mengatam. Baji tidak usah dipukul terlalu keras karena telapak baja dapat ikut serta keluar yang mengakibatkan tidak sama tingginya.
Lebih jeias Iagi bahwa sesuai dengan namanya ketam alur / bajak dipergunakan untuk membuat alur-alur, saperti pada pekerjaan penempatan papan panil.

2.8. Ketam Pipi

Sepintas bentuknya hampir sama dengan ketam pendak biasa, hanya ketam pipi dilengkapi dengan mata ketam kembar dan pisau muka serta pengatur Iebar dan pengatur dalam yang dipasang di pinggir rumah ketamnya.
Ketam pipi dipargunakan untuk pekerjaan mengetam pipi papan paniI yang dimiringkan dalam istilah Iain untuk mengetam “bossing” di mana ketam ini dapat memotong urat kayu karena adanya pisau muka yang berfungsi sebagai pemotong urat kayu. Selain itu, menyayat urat kayu dapat dikerjakan Iebih mudah.

2.9. Ketam Les
Ketam les ini disebut pula ketam profil, termasuk dalam golongan ketam yang bersifat tetap. Yang biasa dipakai bentuknya bermacam-macam.
Baji sebagai peneguh kedudukan mata ketam dibuat pada bagian bawah, sehingga sisa pengetaman dapat keluar di sebelah kanan ketam.
Sesuai dengan namanya ketam les dipergunakan untuk membentuk bidang sudut permukaan kayu sesuai dengan bentuk les / profil dari ketam les yang dikehendaki. (gambar 1.69 ).
Adapun pekerjaan yang selalu diberi les / profil seperti figura, ambang tiang kusen, daun pintu / jendela dan Iain-lain.

2.10 Ketam Alur Dan Lidah

Mata ketam alur dan Iidah ini berpasangan, ukuran ketamnya tidak berubah-ubah / barsifat tetap sesuai dengan bentuk mata ketamnya. (gambar 1.71). Mata ketam alur bentuknya hampir sama dengan mata ketam bajak, di mana pada bagian pinggir kokoh pasangannya. Sedang mata ketam lidah pada arah lebar digerakkan sedikit, ukuran mata ketam lebarnya disesuaikan dengan tebal papan yang akan dikerjakan.
Ukuran ketam alur dan lidah ini masing-masing
mulai dari 1/4″ sampai 11/2″ dengan kenaika ukuran berturut-turut 0,25 inci.
Ketam alur dan Iidah dipergunakan dalam pekerjaan-pekerjaan membuat sambungan. MemperIebar papan, misalnya papan gambar, papan panil, papan meja, dinding papan, Iantai tingkat dan sebagainya.

2.11 Ketam Tungkat
Rumah ketam dibuat dari baja tuang yang dilengkapi dengan sekrup untuk mengokohkan kedudukan Iidah dan mata ketam. Ketam tungkat mampunyai telapak yang pendek dan pada kedua sisinya terdapat dua buah pegangan tangan (gambar 1.72A dan1.72B) .
Ketam tungkat dipergunakan untuk mengetam bulat panjang, sisi Iengkung sisi cekung, baik yang buntu ataupun Iangsung.

2.12. Ketam Dasar Rumah

Ketam dasar terdapat dua macam yaitu :
1. Rumah katam yang terbuat dari balokkayu.
2. Rumah katam yang tarbuat dari baja
Ketam dasar mini dilengkapi dengan pengatur mata ketam dari sengkang baut mur kupu-kupu untuk mengokohkan mata ketamnya. Mata katam pada bagian bawahnya dibengkokkan membuat sudut 75° sehingga kayu pekerjaan benar-benar dapat terpotong olehnya.
Ketam dasar dapat dipergunakan untuk pekerjaan membersihkan / menghaluskan Iubang alur melintang, cowakan tembus dan buntu, cowakan liku-liku (zig-zag) dan sebagainya, seperti terdapat dalam konstruksi tangga dari kayu atau pada pekerjaan perkakas rumah tangga (gambar 1.74).

2.13. Ketam Gigi

Rumah ketam gigi mempunyai bentuk hampir sama dengan ketam pendek biasa, perbedaannya yaitu ketam gigi mata ketamnya dipasang tegak Iurus di atas telapak ketam. Pada mata ketam sebelah mukanya terdapat permukaan bidang berbentuk huruf V, maka disebut ketam gigi. Bila diasah akan terjadi mata sayatan yang bergigi (gambar 1.75).
Kegunaan dari ketam gigi yaitu untuk mengikis permukaan kayu yang berurat / berserat bolak-balik. Juga untuk mengetam sisi permukaan yang akan disambungkan dengan jalan direkat / dilem, agar perekat / lem dapat Iebih meresap ke dalam kayu dan sambungan akan terjadi rapat dan kuat.

Senin, 05 Desember 2011

SURVEY

PENGUKURAN JARAK LANGSUNG

PENGUKURAN JARAK LANGSUNG
1. PENGERTIAN JARAK
DALAM IUT, JARAK ANTARA DUA TITIK ADALAH JARAK DALAM BIDANG HORIZONTAL, YANG MERUPAKAN JARAK TERPENDEK ANTARA DUA TITIK TERSEBUT.
Gambar 1. Bagan Pengukuran Jarak

2. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PENGUKURAN LANGSUNG ANTARA LAIN:
1. PITA UKUR à BAJA, FIBERGLASS, PLASTIK, KAIN ATAU CAMPURAN
2. PEGAS UKUR YANG TERBUAT à PLAT/PITA BAJA DAN DILENGKAPI DENGAN PEGAS PENGUKUR KETEGANGAN
3. RANTAI UKUR YANG TERBUAT DARI KAWAT BAJA
4. KAYU UKUR


PANJANG ANTARA 20 m – 50 m ADA JUGA YANG 100 m (KECUALI KAYU 3 – 5 m)
LEBAR ANTARA 1 – 2cm DAN TEBAL 0,1 – 0,2mm
SATUAN : UMUMNYA DUA MACAM YAITU :
METER (0,5 cm – 1 mm) DAN INCHI (0,125 inchi – 0,1 inchi)
• ALAT-LAT BANTU :
ALAT-LAT BANTU :

1. YALON ATAU ANJIR
2. PEN UKUR YANG TERBUAT DARI KAWAT BAJA
3. BENANG DAN UNTING-UNTING
4. KLINOMETER ATAU HELLING METER ATAU ABNEY LEVEL
5. JEPITAN PENARIK
6. PEGAS PENGUKUR KETEGANGAN
7. CERMIN ATAU PRISMA PENYIKU


• 3. PELURUSAN
PELURUSAN DILAKUKAN APABILA PEGUKURAN TIDAK DAPAT DILAKUKAN DENGAN SEKALI MEMBENTANGKAN PITA UKUR KARENA JARAK YANG DIUKUR MELEBIHI PANJANG PITA UKUR DAN ATAU PERMUKAAN TANAH TIDAK MENDATAR, SHG JARAK TSB PERLU DIPENGGAL AGAR SETIAP PENGGALAN DPT DILAKUKAN PENGUKURAN JARAK DENGAN SEKALI MEMBENTANGKAN PITA UKUR DAN PITA UKUR DAPAT DITARIK HINGGA MENDATAR.
• 4. PELAKSANAAN PENGUKURAN
- MINIMAL DILAKUKAN DUA ORANG
- DENGAN MENGGUNAKAN PITA UKUR DAN PEN UKUR, MAKA ANGKA PANJANG PITA UKUR DIBACA ORANG KEDUA, DATA DICATAT
- UNTUK MEDAN MIRING, TERLEBIH DULU DILAKUKAN PELURUSAN DAN PEMBUATAN PENGGAL-PENGGAL.
- UNTUK MENDAPATKAN HASIL YANG LEBIH BAIK, MAKA DILAKUKAN PENGUKURAN PERGI (A – B) DAN PENGUKURAN PULANG ( B – A), YANG BIASANYA HASIL TIDAK SAMA DAN HASILNYA DIRATA-RATA.
- RASIO KETELITIAN PENGUKURAN JARAK ADALAH SELISIH PERGI DAN PULANG DIBAGI DENGAN JARAK RATA-RATA. KETELITIAN BERKISAR 1:500 SMPAI 1:300.

• 5. CARA PENCATATAN DATA UKURAN JARAK LANGSUNG
AGAR DATA UKURAN-UKURAN JARAK YANG BANYAK TIDAK MEMBINGUNGKAN DAN MENJADI LEBIH SISTEMATIK DAN MUDAH DIPAHAMI ORANG LAIN, MAKA DATA TSB DICATA DALAM FORMULIR UKUR ATAU BUKU UKUR DAN DISERTAKAN SKET PENGUKURAN, ARAH PENGUKURAN DAN CARA PENULISAN DATA DENGAN ATURAN YANG BAKU ATAU SERAGAM.
• Contoh


• 6. PENGUKURAN JARAK LANGSUNG DLM RINTANGAN
• 7. MEMBUAT ARAH OBYEK TEGAK LURUS SEBUAH GARIS
APABILA DILAPANGAN AKAN DIBUAT SEBUAH GARIS MELALUI SUATU OBYEK ATAU GARIS TSB TEGAK LURUS GARIS LAIN DGN PERALATAN SEDERHANA, DAPAT DIKERJAKAN DGN BBRP CARA :
1. PERBANDINGAN SISI SEGITIGA SIKU-SIKU
2. MENGGUNAKAN TITIK TENGAH TALI BUSUR
3. BANTUAN CERMIN PENYIKU ATAU PRISMA
• 8. SUMBER-SUMBER KESALAHAN DALAM PENGUKURAN JARAK LANGSUNG
KESALAHAN DALAM PENGUKURAN JARAK LANGSUNG:
1. PITA UKUR TIDAK BETUL-BETUL MENDATAR
2. UNTING-UNTING TIDAK VERTIKAL BETUL KRN FAKTOR ANGIN, GANGGUAN YANG LAIN
3. PELURUSAN YG KURANG SEMPURNA
4. PANJANG PITA UKUR TIDAK STANDART
5. KESALAHAN DLM MENGHITUNG JUMLAH BENTANGAN
6. KESALAHAN MEMBACA PITA UKUR DAN PENCATATANYA

KESALAHAN-KESALAHAN DALAM PENGUKURAN
06:50 GONDELLS 1 comment

KESALAHAN-KESALAHAN DALAM PENGUKURAN
PENGUKURAN ADALAH PENGAMATAN TERHADAP SUATU BESARAN YANG DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN PERALATAN DALAM SUATU LOKASI DENGAN BEBERAPA KETERBATASAN YANG TERTENTU. PENGUKURAN à KESALAHAN
KESALAHAN DAPAT DIGOLONGKAN :

1. KESALAHAN KASAR (MISTAKE/ BLUNDERS)
2. KESLAHAN SISTEMATIK (SYSTEMATIC ERROR)
3. KESLAHAN RANDOM / TAK TERDUGA (OCCIDENTAL ERROR)

SUMBER KESALAHAN
SUMBER KESALAHAN :

1. SURVEYOR
2. ALAT UKUR
3. ALAM

1. KESALAHAN KASAR
KESALAHAN INI TERJADI KARENA :

1. KURANG HATI-HATI/ GEGABAH
2. KURANG PENGALAMAN / KURANG PERHATIAN
3. KESALAHAN INI TIDAK BOLEH TERJADI, APABILA DIKETAHUI ADA KESALAHAN MAKA DIANJURKAN UNTUK MENGULANG KESELURUHAN ATAU SEBAGIAN.

CONTOH :
– SALAH BACA
– SALAH MENCATAT
– SALAH DENGAR
UNTUK MENGHINDARI KESALAHAN INI :
– PENGUKURAN LEBIH DARI SATU KALI
– PENGUKURAN DENGAN MODEL DAN TEKNIK TERTENTU
- PENGUKURAN DILAKUKAN DENGAN 2 ORANG ATAU LEBIH SESUAI TUGASNYA..

2. KESALAHAN SISTEMATIK
KESALAHAN SISTEMATIK
UMUMNYA KESALAHAN SISTEMATIK DISEBABKAN OLEH ALAT-ALAT UKUR SENDIRI (PANJANG PITA, PEMBAGIAN SKALA, PEMBAGIAN LINGKARAN THEODOLIT) ATAU CARA PENGUKURAN YANG TIDAK BENAR.
CARA MENGHINDARI KESALAHAN :
– ALAT PERLU DIKALIBRASI SBLM DIGUNAKAN
– DGN CARA-CARA PENGUKURAN TERTENTU ( PENGAMATAN BIASA DAN LUAR BIASA DAN HASILNYA DIRATA-RATA)
– KOREKSI PADA PENGOLAHAN DATA.
PADA PENGUKURAN JARAK LANGSUNG KESALAHAN SISTEMATIK YANG TERJADI :
– PANJANG PITA UKUR YANG TDK STANDAR
– PELURUSAN YANG TDK SEMPURNA
– PITA UKUR YANG TDK SEMPURNA
– KEMIRINGAN MEDAN LAPANGAN (SLOPE)
– KELENTURAN PITA UKUR
– VARIASI TEMPERATUR UDARA
2.1 KOREKSI STANDAR PITA UKUR
DEMIKIAN JUGA KALAU ALAT DIPAKAI UT MENGUKUR LUAS


2.2 PELURUSAN YANG KURANG SEMPURNA

DIMANA : d = PENYIMPANAGAN PITA UKUR DARI GARIS LURUS
L = PANJANG PITA UKUR

2.3 PENDATARAN YANG KURANG SEMPURNA
APABILA PITA UKUR TDK MENDATAR TP TERJADI MELENGKUNG DI TENGAH à PENGUKURAN AKAN LEBIH PANJANG. BILA d JARANG LENGKUNG DARI PITA SEBENARNYA, MAKA KESALAHAN JARAK YG TERJADI :
2.4 KEMIRINGAN MEDAN LAPANGAN
BILA KEMIRINGAN MEDAN TIDAK SERAGAM DAN DIUKUR DENGAN MEMBENTANGKAN PITA UKUR DGN JARAK PENDEK-PENDEK AKAN TIDAK MENJADI MASALAH BILA UNTING-UNTING DAN YALON BISA DIBUAT MENDATAR
2.5 KELENTURAN KARENA BERAT PITA UKUR
2.6 VARIASI TEMPERATURE UDARA
L = jarak terukur
C = koefisien muai panjang
T = beda temperature thd temp standart


3. KESALAHAN RANDOM / TAK TERDUGA
KESALAHAN RANDOM TERJADI KARENA HAL-HAL YG TDK TERDUGA:

1. GETARAN UDARA / UNDULASI
2. KONDISI TANAH TEMPAT BERDIRI ALAT
3. KECEPATAN UDARA ATAU KONDISI ATMOSFER
4. KONDISI PENGAMAT

BIASANYA KESALAHAN INI TERLIHAT BILA SUATU BESARAN DIUKUR BERULANG ULANG NILAINYA TIDAK SAMA ANTARA UKURAN SATU DGN YANG LAIN.
BILA DILAKUKAN n KALI PENGAMATAN DENGAN HASIL PENGUKURAN X1, X2, X3 ………
MAKA BESAR PENGUKURAN YANG BENAR :
CARA MENGHILANGKAN KESALAHAN INI
CARA MENGHILANGKAN KESALAHAN INI :

1. MENGGUNAKAN ALAT PRESISI TINGGI
2. WAKTU PENGAMBILAN DATA à PAGI 07.00-11.00, SORE 14.00-17.00, ALAT UKUR DIPAYUNGI
3. MENGGUNAKAN METODE PENGOLAHAN DATA TERTENTU (GRAFIS, BOUWDITCH, PERATAAN, KUADRAT TERKECIL, DLL)


DALAM IUT, HASIL PENGAMATAN DIKOREKSI DENGAN METODE ILMU HITUNG PERATAAN (ADJUSTMENT).
KESALAHAN SISTEMATIK TIDAK DAPAT DIKOREKSI, MISAL: KESALAHAN SISTEMATIK “s” MAKA DALAM “n” PENGAMATAN TERDAPAT KESALAHAN “s.n”
HASIL KOREKSI RATA-RATA : (s.n/n) = n à TETAP ADA / TDK HILANG
AKURASI vs PRESISI
DALAM IUT, BERBICARA TTG KETELITIAN ADA 2 PENGERTIAN ATAU ISTILAH YANG HAMPIR SAMA :

1. AKURASI (ACCURACY)

AKURASI ATAU KESAKSAMAAN ADALAH TINGKAT KEDEKATAN DARI NILAI-NILAI UKURAN TERHADAP NILAI YANG SEBENARNYA. APABILA NILAI –NILAI UKURAN SEMAKIN MENDEKATI NILAI SEBENARNYA YANG BERARTI PENYIMPANGAN ATAU KESALAHAN SEMAKIN KECIL, BERARTI SEMAKIN TINGGI AKURASINYA
2. PRESISI (PRECISION)
PRESISI ATAU KETELITIAN ADALAH TINGKAT KEDEKATAN DARI NILAI-NILAI UKURAN TERSEBUT SATU SAMA LAINYA, YANG DAPAT DIHITUNG DARI BESAR-KECILNYA HARGA VARIAN (τ2) DARI PENGAMATAN
4. CARA-CARA MENGHINDARI KEMUNGKINAN KESALAHAN
KESALAHAN DAPAT DIHINDARI :
PERSIAPAN SEBELUM PELAKSANAAN
– TAHU TENTANG TEORI PENGUKURAN
– PAHAM DENGAN JENIS-JENIS ALAT UKUR DAN CARA KOREKSINYA
– MENGUASAI METODE-METODE ILMU HITUNG PERATAAN
– BEKERJA DENGAN LOYALITAS TINGGI DAN RASA TANGGUNG JAWAB
WAKTU PELAKSANAAN
– MENGHINDARI PELAKSANAAN SURVEY DGN INTENSITAS PANAS TINGGI ( 10.00-14.00)
– PELETAKAN DAN SETTING ALAT

AUTOCAD

AutoCAD merupakan sebuah program yang biasa digunakan untuk tujuan tertentu dalam menggambar serta merancang dengan bantuan komputer dalam pembentukan model serta ukuran dua dan tiga dimensi atau lebih dikenali sebagai “Computer-aided drafting and design program” (CAD). Program ini dapat digunakan dalam semua bidang kerja terutama sekali dalam bidang-bidang yang memerlukan keterampilan khusus seperti bidang Mekanikal Engineering, Sipil, Arsitektur, Desain Grafik, dan semua bidang yang berkaitan dengan penggunaan CAD.

Sistem program gambar dapat membantu komputer ini akan memberikan kemudahan dalam penghasilan model yang tepat untuk memenuhi keperluan khusus di samping segala informasi di dalam ukuran yang bisa digunakan dalam bentuk laporan, Penilaian Bahan (BOM), fungsi sederhana dan bentuk numerial dan sebagainya. Dengan bantuan sistem ini dapat menghasilkan sesuatu kerja pada tahap keahlian dan yang tinggi ketepatan di samping menghemat waktu dengan hanya perlu memberi beberapa petunjuk serta cara yang mudah.





pada kesempatan kali ini akan saya akan menulis tentang Desain Rumah Minimalis Type 90. Desain rumah minimalis type 90 ini terdiri dari 2 lantai pada kavling tanah ukuran 6 m x 11 m, dengan lahan yang sangat terbatas, tuntutan untuk mendesain rumah dengan layout yang fungsional sangatlah diperlukan. Adapun ruang yang terbentuk yaitu, ruang yang tercipta di lantai 1 adalah: ruang tamu, ruang keluarga yang digabung dengan ruang makan, ruang tidur utama yang terletak di sebelah kiri. untuk dapur terdapat di sisi kanan bangunan. Untuk garasi kapasitas 2 mobil sedangkan carport untuk 1 buah mobil.
Lantai 2 terdiri atas ruang tidur anak 2 buah, kamar mandi dan balcony. Untuk ruang dibawah atap/genteng (mezzanine) dimanfaatkan untuk storage atau SOHO. Luas ruangan secara keseluruhan adalah 96 m2, dengan waktu pengerjaan 4 bulan kalender.
Denah dan Tampak Depan
Gambar 1 – Denah dan Tampak Depan Bangunan (Klik Pada Gambar Untuk Memperbesar)
Desain fasad bangunan juga masih bisa diaplikasikan walaupun ukuran denah bangunan dirubah menjadi 6 m x 12 m, 6 m x 15 m, 8 m x 12 m, atau 8 m x 15 m. Jika tanah ada berukuran lebih besar, maka bisa ditambahkan taman dibagian tengah atau dibelakang ruang makan. Bisa juga memisahkan antara ruang keluarga dan ruang makan, dan memindahkan posisi dapur kebagian belakang didepan ruang tangga.
Denah/Layout Bangunan
Gambar 2 – Denah/Layout Bangunan (Klik Pada Gambar Untuk Memperbesar)
Tampak Depan
Gambar 3 – Tampak Depan Bangunan (Klik Pada Gambar Untuk Memperbesar)
Perkiraan biaya untuk membangun rumah seperti gambar desain diatas adalah sebesar: 2 juta/m2 dan estimasi biaya produksi total untuk rumah seluas 96 m2 adalah sebesar: 195 juta rupiah. Tentunya perkiraan/taksiran biayanya harus disesuaikan dengan upah pekerja dan harga material dikota anda, dan biaya diatas tidak termasuk harga tanah (hanya harga/biaya produksi rumahnya saja).
Demikian posting artikel kali ini, semogadesain rumah minimalis type 90 seperti pada gambar diatas bermanfaat buat anda. Selamat berakhir pekan dan semoga kebahagiaan selalu menyertai anda dan keluarga.

Rabu, 12 Oktober 2011

RAB

Analisa harga satuan dan rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi
Saturday, September 18, 2010
Perkiraan jumlah material dan kebutuhan tenaga dalam proses pekerjaan bangunan memegang peranan cukup penting untuk kontrol kualitas dan kuantitas pekerjaan. untuk mereka sudah terbiasa dengan gambar struktur dan angka koefisien pada analisa satuan pekerjaan hal tersebut bukan pekerjaan sulit, tapi bagi mereka yang awam memperkirakan jumlah material merupakan pekerjaan yang cukup sulit dan memusingkan.
Analisa Harga Satuan Pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya bangunan yang didalamya terdapat angka yang menunjukan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan, contohnya :

1. Pekerjaan plesteran - satuan pekerjaan m2
2. Pekerjaan pas. batu bata - satuan pekerjaan m2
3. Pekerjaan pas. pondasi batu kali - satuan pekerjaan m3
4. Pekerjaan cat catan - satuan pekerjaan m2
5. Pekerjaan rangka atap - satuan pekerjaan m3
6. Pekerjaan reng usuk - satuan pekerjaan m2
7. Pekerjaan genteng - satuan pekerjaan m2
8. Pekerjaan plafon - satuan pekerjaan m2
9. Pekerjaan lantai keramik - satuan pekerjaan m2
10. Pekerjaan beton struktur - satuan pekerjaan m3
11. Pekerjaan kusen - satuan pekerjaan m3
12. dll

Daftar diatas adalah contoh satuan pekerjaan yang biasa dipakai dalam pekerjaan gedung ( bisa diperoleh pada analisa SNI )
Contoh analisa
1 m3 beton bertulang campuran 1Pc : 2Ps : 3Kr ( besi 200 kg + bekisting )
Bahan
0.2000 m3 Kayu begesting
1.5000 kg Paku biasa 2" - 5"
0.4000 Ltr Minyak begesting
200.00 kg Besi beton polos
2.2500 kg Kawat beton
8.0750 zak Semen portland
0.5200 m3 Pasir beton
0.7800 m3 Koral beton 2/3
Tenaga
3.9000 Oh Pekerja
0.3500 Oh Tukang batu
1.0400 Oh Tukang kayu
1.0500 Oh Tukang besi
0.2450 Oh Kepala tukang
0.1650 Oh Mandor

Keterangan :
Angka koefisien besi beton 200 kg = jumlah besi yang dibutuhkan dalam 1 m3 beton,
contoh perhitungan untuk 10 m3 beton, harga besi per-kg Rp. 10.000,-
harga besi per m3 beton 200 kg x Rp. 10.000,- = Rp. 2.000.000,-
harga besi untuk 10 m3 beton Rp. 2.000.000,- x 10 m3 = Rp. 20.000.000,-
bahan yang butuhkan 200 kg x 10 m3 = 2.000 kg besi
berapa kebutuhan besi dalam lonjor ?
cara praktis perhitungan kg besi perlonjor = 0,0074 x d x d kg/lonjor
contoh berat besi diameter 12 mm per-lonjor ( 12 m ), 0,0074x12x12 = 10,66 kg/ljr
Jumlah total besi 2.000/10,66 = 187,66 lonjor
( kebutuhan besi harus dicek dengan memperhitungkan pemotongan dan pembengkokan tulangan sesuai kebutuhan )

Angka koefisien pasir 0,5200 m3 = jumlah pasir yang dibutuhkan dalam 1 m3 beton
contoh perhitungan untuk 10 m3 beton, harga pasir per-m3 Rp. 150.000,-
harga pasir per m3 beton 0,5200 m3 x Rp. 150.000,- = Rp. 78.000,-
harga pasir untuk 10 m3 beton Rp. 78.000,- x 10 m3 = Rp. 780.000,-
bahan yang butuhkan 0,5200 m3 x 10 m3 = 5,2 m3

Angka koefisien tenaga, contoh pekerja 3,9000 Oh ( orang per hari ) = kebutuhan tenaga kasar dalam 1 m3 beton ( terkait dengan upah dan waktu kerja )

untuk menentukan koefisien analisa satuan Pekerjaan bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah :
Melihat buku Analisa BOW
Koefisien analisa harga satuan BOW ini berasal dari penelitian zaman belanda dahulu, sudah jarang digunakan karena adanya pembengkakan biaya pada koefisien tenaga.
Melihat Standar Nasional Indonesia ( SNI )
Standar Nasional ( SNI ) ini di keluarkan resmi oleh Badan Standarisasi Nasional secara berkala sehigga SNI tahun terbaru merupakan revisi edisi SNI sebelumya. untuk memudahkan mengetahui edisi yang terbaru, SNI ini diberi nama sesuai tahun terbitnya misal : SNI 1998, SNI 2002 , SNI 2007, dst

Melihat standar perusahaan
pada perusahaan konstruksi/konsultan biasanya menentukan koefisien analisa harga satuan tersendiri sebagai pedoman kerja, koefisien analisa harga satuan perusahaan ini biasanya merupakan rahasia perusahaan.

Pengamatan dan penelitian langsung dilapangan.
Cara ini dilakukan oleh orang yang ahli dan berpengalaman, hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalaman kita dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

Melihat standar Harga satuan per wilayah
Harga satuan ini dikeluarkan per wilayah oleh pemerintah / perusahaan, jika kita menggunakan harga satuan ini maka kita tidak memerlukan koefisien analisa harga satuan karena untuk menghitung rencana anggaran biaya kita hanya perlu mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan.

Read more: Analisa harga satuan dan rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi ~ Home Design Ideas http://kibagus-homedesign.blogspot.com/2010/09/analisa-harga-satuan-dan-rencana.html#ixzz1adIImIVG
Under Creative Commons License: Attribution